Minggu, 11 Mei 2014

perawatan bayi baru lahir



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehailan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonates (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar Rahim sampai usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam Rahim menjadi diluar Rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hamper pada semua system.
Lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neaonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan/ kurang baiknya penanganan bayi baru lahir ang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan  yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir adalah cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan menyebabkan kerusakan otak (Saifuddin, 2002).
Pada periode pascapartum, bati baru lahir mengalami perubahan biofisiologis dan perilaku yang komlpeks akibat transisi kehidupan ekstrauterin. Asuhan kebidanan bayi baru lahir didasarkan pada pengetahuan tentang perubahan-perubahan biofisiologis pertama setelah lahir, menampilkan suatu periode penyesuaian kritis bagi bayi baru lahir, pada sebagian besar lingkungan, bidan memberikan asuhan langsung kepada bayi segera setelah lahir. Oleh sebab itu, seorang ibu harus tahu tentang perawatan bayi baru lahir karena tidak selamanya bidan melakukan perawatan setelah bayi pulang ke rumah.
Sehubungan dengan hal tersebut, makalah yang berjudul Perawatan Bayi Baru Lahir Normal ini akan membahas lebih jauh lagi mengenai perawatan bayi baru lahir normal.

1.2  Rumusan masalah
1.      Bagaimana cara melakukan perawatan tali pusat?
2.      Bagaimana cara memandikan bayi?
3.      Bagaimana cara menjaga kehangatan bayi?
4.      Bagaimana cara menyusui yang benar?
5.      Apa saja tanda bahaya bayi baru lahir?
6.      Kapan jadwal imunisasi diberikan?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui cara perawatan tali pusat.
2.      Mengetahui cara memandikan bayi.
3.      Mengetahui cara menjaga kehangatan bayi.
4.      Mengetahui cara menyusi yang benar.
5.      Mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir..
6.      Mengetahui jadwal imunisasi.

1.4  Manfaat penulisan
1.      Agar mahasiswa mengetahui cara perawatan tali pusat.
2.      Agar mahasiswa mengetahui cara memandikan bayi.
3.      Agar mahasiswa mengetahui cara menjaga kehangatan bayi.
4.      Agar mahasiwa mengetahui cara menyusui yang benar.
5.      Agar mahasiswa mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir.
6.      Agar mahasiswa mengetahui jadwal imunisasi.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Perawatan dan perilaku bayi baru lahir (BBL)
a.       Periode transisional
Periode transisional mencakup 3 periode, meliputi periode pertama reaktifitas, fase tidur dan periode kedua reaktifitas. Karakteristik masing-masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir kea rah fungsi mandiri.
1)      Periode pertama reaktifitas
Periode pertama reaktifitas berakhir kira-kira 30 menit setelah kelahiran. Karakteristik:
a)      Tanda-tanda vital BBL sebagai berikut: frekuensi nadi apical yang cepat dengan irama yang tidak teratur. Frekuensi pernafasan mencapai
b)      80x/menit, irama tidak teratur dan beberapa bayi munkin dilahirkan dengan pernafasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi.
c)      Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis,
d)     Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak berkemih ataupun mempunyai pergerakan usus selama periode ini.
e)      BBL mempunyai sedikit jumlah mucus, menangis kuat reflex menghisap yang kuat. Tips khusus: selama periode ini, mata bayi terbuka lebih lama dari pada hari selanjutnya. Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses periode pelekatan karena BBL dapat mempertahankan kontak mata untuk waktu yang lama.
Kebutuhan perawatan khusus selama periode pertama reaktifitas:
a.       Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran.
b.      Jaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila/ kulit berkisar antara 36,5-370C) dengan penggunaan selimut hangat atau lampu penghangat di atas kepala.
c.       Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit untuk memfasilitasi perlekatan.
d.      Tunda pemberian obat tetes mata sebagai profilaksis pada 1 jam pertama untuk meningkatkan interaksi antara orangtua dan bayi.

2)      Fase tidur
Fase tidur dimulai kira-kira 30 menit setelah periode pertama reaktifitas dan bias berakhir dari satu menit sampai 2-4 jam.
Karakteristik:
a.       Saat bayi berada pada fase tidur, frekuensi jantung dan pernafasan menurun. Selama bayi tidur, frekuensi pernafasan dan nadi apical kembali ke nilai dasar.
b.      Kestabilan warna kulit: terdapat beberapa akrosianosis. Bising usus bias didengar.
Kebetuhuan perawatan yang khusus diperlukan selama fase tidur: bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal, tetapi bapak dan ibu nya tetap dapat menikmati memeluk dan mengendong bayinya,
3)      Periode kedua reaktifias
Periode kedua reaktifitas berakhir sekutar 4-6 jam.
Karakteristik:
a.       Bayi mempunyai tingkat sensitifitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apical dari 120-160x/menit dan dapat bervariasi mulai (.120x/menit) hingga takikardia (.160x/menit dengan periode pernafasan cuping hidung ataupun retraksi).
b.      Fluktuasi warba kulit dari warb=na merah hamnu atau kebiruan kesianotik ringan disertai dengan bercak-bercak.
c.       Bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan meconium selama periode ini.
d.      Peningkatan seksresi mucus dan bayi bisa tersedak saat sekresi. Reflex  penghisapan sangat kuat dan bayi bias sangat aktif.
Kebutuhan perawatan khusus periode kedua reaktifitas:
a.       Pantau secara ketat BBL terhadap kemunkinan tersedak saat pengeluaran mucus yang berlebihan yang dalam keadaan normal memang terdapat. Gunakan pipet untuk mengeluarkan mucus dan ajari orangtua bagaimana cara menggunakannnya.
b.      Pantau setiap kejadian apnea dan mulai metode stimulasi segera, jika dibutuhkan misalnya hentakkan punggung bayi, miringkan bayi.
c.       Kaji keinginan bayi menghisap, menelan dan kemampuan untuk makan, (tidak tersedak atau muntah selama makan, tidak muntah dengan makanan masih dalam bentuk utuh pada saat makan).

2.2  Perencanaan asuhan bayi 2-6 hari
2.2.1                   Pemberian nutrisi
1.      Konsep dasar
Salah satu dan yang pokok minuman yang hanya boleh di konsumsi oleh bayi baru lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah air susu ibu (ASI), karena ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan  dan perkembangan bayi. Berikan ASI sesering munkin  sesuai keinginan bayi (On Demand) atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari salah satu payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu kalau masih kurang baru diganti dengan payudara sebelahnya.berikan ASI saja (ASI ekslusif) sampai bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI (Makanan Pendamping ASI). Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi, tapi juga hubungan kasih saying antara ibu dan bayi memberikan dukungan yang sangat besar terhadap terjadinnya prosses pembentukan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu.
Rangsangan isapan bayi pada putting ibu akan diteruskan olehh serabut saraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormone prolactin. Dimana hormone inilah yang memacu payudarra untuk menghasilkan ASI pada hari-hari petama kelahiran bayi, apabila penghisapan putting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap menghasilkan 10-100 cc ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (JNPK-KR, 2007)
Adapun reflex laktasi yang terdapat pada bayi baru lahir diantaranya:
1.      Reflex mencari putting (rooting), yaitu bayi menoleh kea rah sentuhan dipipinya atau didekat mulut, berusaha untuk menghisap.
2.      Reflex menghisap (suckling), yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI.
3.      Reflex menelan (swallowing), yaitu dimana ASI dimulut bayi mendesak otot didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan reflex menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung 9JNPK-KR, 2007).
4.      Keuntungan pemberian ASI diantaranya adanya keterikatan emosiaonal ibu dan bayi sebagai kekebalan pasif (kolostrum) untuk bayi, dan merangsang kontraksi uterus (JNPK-KR, 2007).
Pada saat memulai pemberian ASI lakukan secara dini begitu bayi lahir, tali pusat diikat dan dipotong segera telungkupkan bayi diatas perut ibu skin to skin kemudian selimuti mereka berdua, biarkan bayi mencari putting susu ibunya, dan ibu membantu memegang tubuh bayi agar tidak jatuh, biarkan bayi diatas perut ibu minimal 1 jam samapi berhasil menyusui bayinya, sehingga dapat merangsang produksi ASI, memperkuat reflex menghhisap bayi (reflex menghisap paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir) (JNPK-KR, 2007).

Komposisi ASI, susu sapi dan susu formula: komposisi/100 ml
ASI matur
Susu formula
Kalori
75
67
Protein
1,2
1,5
Lactalbumin
80
60
Kasein (%)
20
40
Air  (ml)
87,1
90
Lemak (gr)
4,5
3,6
Karbohidrat
7,1
69

2.2.2                                     BAB
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam.
Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya meconium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam.
Adalah normal bagi bayi untuk defekasi setelah diberi makan atau defekasi 1x setiap 3 atau 4 hari.
Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak berwarna kuning emas dan tidak menyebab iritasi pada kulit bayi.
Tinjau dari bayi yang minum susu botol berbentuk, namun tetap lunak, berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi.
Jumlah tinja berkurang pada minggu kedua dari 5 atau 6 x defekasi setiap hari (1 x defekasi setiap kali diberikan makan) menjadi 1 atau 2 x sehari.
Pada minggu kedua kehidupannya, bayi mulai memiliki pola defekasi. Dengan tambahan makanan padat, tinja bayi akan menyerupai tinja orang dewasa.
Dalam 3 BAB, tinja masih dalam bentuk meconium dan normalnya bayi BAB paling tidak 1x/ hari. Untuk membersihkannya gunakan air bersih hangat dan sabun.

2.2.3        BAK
Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa belum berbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi. Sejumlah kecil urin terdapat di kandung kemih bayi saat lahir tapi BBL munkin tidak mengeluarkan urin selama 12- 24 jam.
Berkemih 6-10 x dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup. Bayi cukup bulan mengeluarkan urin 15- 16 ml/kg/hari.
Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK harus diganti popoknya.

2.2.4        Istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Neonates sering tidur. Neonates sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat pasttikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
Pola tidur bayi usia
Lama tidur
1 minggu
16,5 jam
1 tahun
14 jam
2 tahun
13 jam
5 tahun
11 jam
9 tahun
10    Am

2.2.5 Kebersihan kulit
1.      Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur.
2.      Mandi seluruh setiap hari tidak harus dilakukan.
3.      Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

2.2.6        Kebutuhan akan keamanan
1.      Jangan sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.
2.      Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bias tersedak.
3.      Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi.

2.2.7        Tanda-tanda bahaya
1.      Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x permenit.
2.      Terlalu hangat ( > 380  C) atau terlalu dingin ( > 360C).
3.      Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau  memar.
4.      Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan.
5.      Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah.
6.      Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan, penafasan sulit.
7.      Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering berwarna hijau tua, ada lender atau darah.
8.      Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bias tenang, menangis terus menerus.
9.      Penyuluhan pada orangtua BBL sebelum pulang

2.2.8 Penyuluhan yang diberikan kepada orangtua BBL sebelum pulang adalah sebagai                    berikut:
a.       Menjaga kehangatan
Jaga kehangatan bayi dengan metode kanguru
Bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan diluar untuk membuat bayi tetap hangat. Menjaga kehangatan bayi baru lahir merupakan suatu hal yang sangat penting, dengan cara membungkus atau membedong bayi rapat-rapat dan kepalanya ditutup agar membantunya merasa aman dan hangat. Hal ini membuat bayi tidur lebih nyenyak dan lama jika mereka dibungkus. Bai mengalami  hipotermia, meskipun berada dalam ruangan hangat.
Tujuan menjaga kehangatan:
-          Untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.
-          Membuat bayi merasa aman dan hangat diantaranya dengan cara membungkus bayi, yaitu: cara membungkus bayi dengan aman dalam selimut persegi. Pertama-tama lipat salah satu ujung selimut hingga ke tengah, letakkan kepala bayi ke tengah dari selimut yang dilipat, bungkus kepala bayi terlebih dahulu  lalu dilipat ujung yang bersebrangan dengan yang dilipat sebelumnya ke kaki bayi. Kemudian tutupkan dua ujung lain ke tubuh bayi satu persatu.
-          Membuat bayi tidur lebih nyenyak.
b.      Perawatan tali pusat
Tidak boleh dibubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan membuka agar tetap kering. Ketika bayi masih berada dalam kandungan ibu, ia mendapatkan makanan dan udara melalui pembuluh-pembuluh darah yang mengalir didalam tali pusat. Begitu lahir, dokter atau bidan akan menjepit tali pusatnya, memotong kira-kira 3 cm dari pusat bayi (Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal). Agar bagian tali pusat yang menempel pada perut bayi tidak terinfeksi maka harus selalu dibersihkan juga agar tetap kering dan bersih. Sisa-sisa tali pusat ini akan terlepas dalam waktu 7-10 hari, kadang-kadang 3 minggu baru terlepas. Setelah terlepas tali pusat ini akan meninggalkan bercak yang kasar, yang memerlukan waktu beberapa hari lagi (kadang-kadang beberapa minggu) untuk mengering dan sembuh. Penyembuhan yang berlangsung lambat akan menyebabkan bercak kasar ini bertambah tebal dengan jaringan yang disebut jaringan granulasi yaitu jaringan baru yang tumbuh, jika ada luka, maksudnya untuk menggantikan jaringan lama yang rusak. Jaringan granulasi yang berlebih akan lebih menonjol dari kulit sekitarnya.
Bercak ini harus dirawat dengan teliti dan dijaga kebersihannya, sehingga kuman-kuman tidak dapat menginfeksi luka ini. Jangan bubuhkan apapun pada luka ini, yang perlu dilakukan adalah menjaga agar bekas ini tetap kering.
Usahakan jika bayi mengompol, urin yang membasahi popok tidak mengenai luka ini, pastikan popok bayi tidak bergesekan dan mengiritasi pusat. Jika perlu tekuk popok ke bawah untuk menghindari sentuhan dengan pusar. Apabila melihat satu atau dua tetes darah keluar dari ujung tali pusar atau sekitarnya terasa panas, memerah atau tampak luka agak bengkak, bernanah. Ini menunjukan tanda-tanda infeksi dan konsultasikan dengan dotkter atau bidan.
Menjelang kesembuhannya, tali pusat akan berubah warna menjadi hitan bagian ini akan lepas dengan sendirinya antara satu sampai empat minggu.
Beberapa professional menyarankan mengusapnya dengan alcohol dengan kain atau bola kapas yang diberi alcohol steril, sedangkam yang lain cenderung menyarankan membiarkannya begitu saja, membersihkan sekelilingnya saja dan proses alamiah yang akan mengambil alih penyembuhannya.
Cara perawatan tali pusat adalah sebagai berikut
a.       Hindari pembungkusan tali pusat.
b.      Jangan mengoleskan salep apaun atau zat lain ke tampuk tali pusat.
c.       Lipat popok dibawah tali pusat.
d.      Jika punting tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang (DTT) dan sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih.
e.       Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan tali pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah.
f.       Jika pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi tersebut ke fasilitas yang mampu untuk memberikan asuhan bayi baru lahir secara lengkap.

c.       Perawatan mata
Mata selalu dibersihkan secara teratur oleh air mata yang terus menerus dibentuk dan dialirkan ke seluruh bola mata, maka dalam kondisi normal mata tidak perlu perawatan khusus. Jadi tidak perlu meneteskan obat mata apapun jika mata bayi selalu sehat. Yang perlu dilakukan adalah membersihkan kotoran di sudut mata setiap bangun tidur terutama di pagi hari.
Cara merawatnya adalah degan menggunakan kapas bersih atau cutton buds yang sudah dicelupkan ke dalam air bersih. Kemudian bersihkan pelan-pelan pelupuk mata dan ujung luar mata.

d.      Perawatan telinga
Telinga bayi memerlukan perawatan khusus, yang perlu dilakukan adalah;
1.      Jagalah agar air tidak masuk ke liang telinga terutama pada saat mandi.
2.      Bersihkan daun telingan dengan menggunakan cotton buds.
3.      Lakukan hal ini pada waktu mandi.
4.      Perlu dicurigai apabila bayi rewel, demam dan menarik-narik atau meraba-raba samping muka, kemunkinan adanya sakit pada telinga (infeksi telinga) hal ini sering terjadi pada bayi dan anak. Jika demikian, sebaiknya cepat menghubungi tenaga medis lainnya. (Meser, 2007:286)/

e.       Perawatan hidung
Bayi hanya bias bernafas melalui hidung, sehingga bila hidung tersumbat oleh kotoran, ia akan megalami kesukaran bernafas. Hidung dapat dibersihkan dari kotoran-kotoran dengan cara:
1.      Gunakan cotton buds/ujung tanduk yang agak basah, sehingga kotoran menjadi lunak.
2.      Setelah lunak kotoran dikorek dengan kapas bersih yang digulung kecil atau dengan cotton buds.

f.       Perawatan mulut
Perawatan mulut bayi tidak diperlukan perawatan khusus, yang perlu dilakukan adalah dengan membersihkan gusi apabila mulut bayi terlihat kotor. Caranya adalah paling tidak dua kali sehari gosoklah gusi bayi dengan lembut menggunakan kain yang bersih dan basah (Suryabudhi, 1997:96).

g.      Memandikan 
Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi pada beberapa jam pertama dapat mengarah pada kondisi hipotermia dan sangat membahayakan keselamatan bayinya (Depkes RI, 2004). Pada bulan-bulan pertama, bayi biasanya dimandikan pada jam 09.30 – 10.10, untuk memandikannya pakailah air yang cukup hangat karena suhu tubuh bayi terpengaruh dan mudah berubah (Suryabudhi, 2000: 163).
Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti rekomendasi-rekomendasi berikut:
1.      Tunggu sedikitnya enam jam setelah bayi lahir, sebelum memandikan bayi. Waktu tunggu menajdi lebih lama jika bayi mengalami asfiksia dan hipotermia.
2.      Sebelum memandikan bayi, pastikan bahwa temperature tubuh bayi telah stabil (temperature akasila antara 36,50C- 37,50C). jika temperature tubuh bayi dibawah 36,50C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan bayi bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan kontak kulit langsung bayi- ibu kemudian selimuti keduanya. Tunda waktu untuk memandikan bayi hiingga temperature tubuh bayi tetap stabil paling sedikit setelah satu jam dilakukan observasi.
3.      Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah pernafasan.
4.      Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak ada hembusan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti bayi setelah dimandikan.
5.      Mandikan bayi secara cepat dengan air yang bersih dan hangat.
6.      Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.
7.      Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi ditutupi dengan baik (bayi baringkan dalam dekapan ibunya dan selimuti dengan baik).
8.      Tempatkan bayi ditempat tidur yang sama dengan ibunya dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya (Depkes RI, 2004 Asuhan Persalinan Normal) Pemberian ASI.



h.      Menyusui bayi
Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan hubungan yang sangat penting untuk pertumbuhan psikologis bayi yang sehat.
1.      Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan:
A.    Merangsang produksi air susu ibu (ASI).
B.     Memperkuat reflex menghisap (reflex menghisap awal pada bayi, paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir). Memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan pengaruh yang positif bagi keehatan bayi.
C.     Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya.
D.    Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum.
E.     Merangsang kontraksi uterus.
2.      Pedoman pada ibu saat menyusui:
A.    Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama.
B.     Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air, madu, larutan gula atau pengganti susu ibu) kecuali ada indikasi yang jelas (atas alasan-alasan medis).
C.     Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya.
D.    Berikan ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang maupun malam selama bayi menginginkannya.
3.      Posisi yang tepat untuk menyusui
Posisi yang tepat untuk bayi, sangan penting dalam menjamin keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet atau retak pada putting susu. Periksa, bahwa ibu telah meletakkan bayinya pada posisi yang tepat dan bayi melakukan kontak dengan ibunya secara benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama jika ibu baru pertama kali menyusukan atau ibu berusia sangat muda.
4.      Memeluk bayi dan mulai menyusukan bayinya
A.    Beritahu pada ibu untuk memeluk tubuh bayi secara lurus agar muka bayi menghadap ke payudara ibu dengan hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisinya harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu. Ibu harus menopang seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya.
B.     Beritahu pada ibu untuk mendekatkan bayinya ke payudara jika bayi tampak siap untuk menghisap putting susu. Tanda-tanda siap menyusu adalah apabila bayi membuka mulut, mencari, menoleh dan bergerak mencari sesuatu.
C.     Tunjukan pada ibu bagaimana membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada putting susu.
D.    Beritahu pada ibu untuk:
a.       Menyentuhkan bibir bayi dengan putting susunya.
b.      Menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar.
c.       Mendekatkan bayi cepat ke payudaranya sehingga bibir bawah bayi tepat dibaeah putting susu.
E.     Nilai positif menyentuhkan mulut bayi pada putting payudara dan caranya menghisap:
a.       Dagu menyentuh payudara ibu.
b.      Mulut terbuka lebar.
c.       Mulut bayi menutupi seluas munkin areola (tidak hanya puttingnya saja).
d.      Bibir bayi bagian bawah melengkung ke luar.
e.       Bibir menghisap dengan perlahan dan kuat, serta kadang-kadang berhenti.
f.       Tidak terdengar suara apapun kecuali suara bayi menelan.
i.        Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Tempatkan bayi dilingkingan yang hangat. Idelanya bayi ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya. Menempatkan bayi beersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.

j.        Tanda-tanda bahaya
Jika timbul tanda-tanda bahaya, ajarkan ibu untuk melakukan : berikan pertolongan pertama sesuai kemampuan ibu dan sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan, bawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perwatan tindakan segera.
k.      Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan memasukan suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral. Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) periode 2004 (revisi September 2003).
Umur
Vaksin
Keterangan
Saat lahir
Hepatitis
B-1
HB-1 harus diberikan salam waktu 12 jam setelah bayi lahir. Dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbaAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksi HB-1. Apabila semula status HbaAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbaAg psotif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio - 0
Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RS/RB polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)
1 bulan
Hepatitis
B-2
1.      Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
2.      Bayi premature bila ibu HBsAg (-) imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2 bulan atau berat badan 2000 gram.
0-2 bulan
BCG
1.      BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCS akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberculin negative.
2.      Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan.
2 bulan
DTP-1
DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 dengan interval 4-6 minggu.
Polio-1
1.      Polio- 1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
2.      Interval pemberian polio 2,3,4 tidak kurang dari 4 minggu.
3.      Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4 selanjutnya umur 5- 6 tahun.


















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehailan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonates (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar Rahim sampai usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam Rahim menjadi diluar Rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hamper pada semua system.
Perawatan bayi baru lahir yang dilakukan antara lain adalah pemberian nutrisi, BAB, BAK, istirahat  bayi, kebersihan kulit bayi, kebutuhan akan keamanan, tanda bahaya bayi baru lahir, memberikan penyuluhan kepada orangtua sebelum pulang, dan imunisasi.

3.2  Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini bidan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan pada bayi baru lahir dan dapat mengajarkan kepada perawatan bayi baru lahir kepada orangtua bayi. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.