BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
memakai alat, pada usia kehailan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu,
dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonates (BBL) adalah
masa kehidupan pertama diluar Rahim sampai usia 28 hari, dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam Rahim menjadi diluar Rahim.
Pada masa ini terjadi pematangan organ hamper pada semua system.
Lebih dari 50% kematian
bayi terjadi dalam periode neaonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan/
kurang baiknya penanganan bayi baru lahir ang lahir sehat akan menyebabkan
kelainan-kelainan yang dapat menyebabkan
cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada
bayi baru lahir adalah cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan
hipoksemia atau hipoglikemia dan menyebabkan kerusakan otak (Saifuddin, 2002).
Pada periode
pascapartum, bati baru lahir mengalami perubahan biofisiologis dan perilaku
yang komlpeks akibat transisi kehidupan ekstrauterin. Asuhan kebidanan bayi
baru lahir didasarkan pada pengetahuan tentang perubahan-perubahan
biofisiologis pertama setelah lahir, menampilkan suatu periode penyesuaian
kritis bagi bayi baru lahir, pada sebagian besar lingkungan, bidan memberikan
asuhan langsung kepada bayi segera setelah lahir. Oleh sebab itu, seorang ibu
harus tahu tentang perawatan bayi baru lahir karena tidak selamanya bidan
melakukan perawatan setelah bayi pulang ke rumah.
Sehubungan dengan hal
tersebut, makalah yang berjudul Perawatan Bayi Baru Lahir Normal ini akan
membahas lebih jauh lagi mengenai perawatan bayi baru lahir normal.
1.2 Rumusan
masalah
1. Bagaimana
cara melakukan perawatan tali pusat?
2. Bagaimana
cara memandikan bayi?
3. Bagaimana
cara menjaga kehangatan bayi?
4. Bagaimana
cara menyusui yang benar?
5. Apa
saja tanda bahaya bayi baru lahir?
6. Kapan
jadwal imunisasi diberikan?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
cara perawatan tali pusat.
2. Mengetahui
cara memandikan bayi.
3. Mengetahui
cara menjaga kehangatan bayi.
4. Mengetahui
cara menyusi yang benar.
5. Mengetahui
tanda bahaya bayi baru lahir..
6. Mengetahui
jadwal imunisasi.
1.4 Manfaat
penulisan
1. Agar
mahasiswa mengetahui cara perawatan tali pusat.
2. Agar
mahasiswa mengetahui cara memandikan bayi.
3. Agar
mahasiswa mengetahui cara menjaga kehangatan bayi.
4. Agar
mahasiwa mengetahui cara menyusui yang benar.
5. Agar
mahasiswa mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir.
6. Agar
mahasiswa mengetahui jadwal imunisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perawatan
dan perilaku bayi baru lahir (BBL)
a. Periode
transisional
Periode transisional
mencakup 3 periode, meliputi periode pertama reaktifitas, fase tidur dan
periode kedua reaktifitas. Karakteristik masing-masing periode memperlihatkan
kemajuan bayi baru lahir kea rah fungsi mandiri.
1) Periode
pertama reaktifitas
Periode pertama
reaktifitas berakhir kira-kira 30 menit setelah kelahiran. Karakteristik:
a) Tanda-tanda
vital BBL sebagai berikut: frekuensi nadi apical yang cepat dengan irama yang
tidak teratur. Frekuensi pernafasan mencapai
b) 80x/menit,
irama tidak teratur dan beberapa bayi munkin dilahirkan dengan pernafasan
cuping hidung, ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi.
c) Fluktuasi
warna dari merah jambu pucat ke sianosis,
d) Bising
usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak berkemih ataupun mempunyai
pergerakan usus selama periode ini.
e) BBL
mempunyai sedikit jumlah mucus, menangis kuat reflex menghisap yang kuat. Tips
khusus: selama periode ini, mata bayi terbuka lebih lama dari pada hari
selanjutnya. Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses
periode pelekatan karena BBL dapat mempertahankan kontak mata untuk waktu yang
lama.
Kebutuhan
perawatan khusus selama periode pertama reaktifitas:
a. Kaji
dan pantau frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama
setelah kelahiran.
b. Jaga
bayi agar tetap hangat (suhu aksila/ kulit berkisar antara 36,5-370C)
dengan penggunaan selimut hangat atau lampu penghangat di atas kepala.
c. Tempatkan
ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit untuk memfasilitasi perlekatan.
d. Tunda
pemberian obat tetes mata sebagai profilaksis pada 1 jam pertama untuk
meningkatkan interaksi antara orangtua dan bayi.
2) Fase
tidur
Fase tidur dimulai
kira-kira 30 menit setelah periode pertama reaktifitas dan bias berakhir dari satu
menit sampai 2-4 jam.
Karakteristik:
a. Saat
bayi berada pada fase tidur, frekuensi jantung dan pernafasan menurun. Selama
bayi tidur, frekuensi pernafasan dan nadi apical kembali ke nilai dasar.
b. Kestabilan
warna kulit: terdapat beberapa akrosianosis. Bising usus bias didengar.
Kebetuhuan
perawatan yang khusus diperlukan selama fase tidur: bayi tidak berespon
terhadap stimulus eksternal, tetapi bapak dan ibu nya tetap dapat menikmati
memeluk dan mengendong bayinya,
3) Periode
kedua reaktifias
Periode kedua reaktifitas
berakhir sekutar 4-6 jam.
Karakteristik:
a. Bayi
mempunyai tingkat sensitifitas tinggi terhadap stimulus internal dan
lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apical dari 120-160x/menit dan dapat
bervariasi mulai (.120x/menit) hingga takikardia (.160x/menit dengan periode
pernafasan cuping hidung ataupun retraksi).
b. Fluktuasi
warba kulit dari warb=na merah hamnu atau kebiruan kesianotik ringan disertai
dengan bercak-bercak.
c. Bayi
kerap kali berkemih dan mengeluarkan meconium selama periode ini.
d. Peningkatan
seksresi mucus dan bayi bisa tersedak saat sekresi. Reflex penghisapan sangat kuat dan bayi bias sangat
aktif.
Kebutuhan perawatan
khusus periode kedua reaktifitas:
a. Pantau
secara ketat BBL terhadap kemunkinan tersedak saat pengeluaran mucus yang
berlebihan yang dalam keadaan normal memang terdapat. Gunakan pipet untuk
mengeluarkan mucus dan ajari orangtua bagaimana cara menggunakannnya.
b. Pantau
setiap kejadian apnea dan mulai metode stimulasi segera, jika dibutuhkan
misalnya hentakkan punggung bayi, miringkan bayi.
c. Kaji
keinginan bayi menghisap, menelan dan kemampuan untuk makan, (tidak tersedak
atau muntah selama makan, tidak muntah dengan makanan masih dalam bentuk utuh
pada saat makan).
2.2 Perencanaan
asuhan bayi 2-6 hari
2.2.1
Pemberian nutrisi
1. Konsep
dasar
Salah satu dan yang
pokok minuman yang hanya boleh di konsumsi oleh bayi baru lahir dan diberikan
secara cepat/dini adalah air susu ibu (ASI), karena ASI merupakan makanan yang
terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai
kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berikan ASI sesering
munkin sesuai keinginan bayi (On Demand)
atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan bayi
setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari salah satu
payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu kalau masih kurang
baru diganti dengan payudara sebelahnya.berikan ASI saja (ASI ekslusif) sampai
bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2
tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI (Makanan
Pendamping ASI). Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja
dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi, tapi juga hubungan kasih
saying antara ibu dan bayi memberikan dukungan yang sangat besar terhadap
terjadinnya prosses pembentukan emosi positif pada anak, dan berbagai
keuntungan bagi ibu.
Rangsangan isapan bayi pada putting ibu akan
diteruskan olehh serabut saraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormone
prolactin. Dimana hormone inilah yang memacu payudarra untuk menghasilkan ASI
pada hari-hari petama kelahiran bayi, apabila penghisapan putting susu cukup
adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap menghasilkan 10-100 cc ASI.
Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan
mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh
kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama
dan menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc
pada tahun kedua usia anak (JNPK-KR, 2007)
Adapun reflex laktasi yang terdapat pada bayi baru
lahir diantaranya:
1. Reflex
mencari putting (rooting), yaitu bayi menoleh kea rah sentuhan dipipinya atau
didekat mulut, berusaha untuk menghisap.
2. Reflex
menghisap (suckling), yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan
langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI.
3. Reflex
menelan (swallowing), yaitu dimana ASI dimulut bayi mendesak otot didaerah
mulut dan faring sehingga mengaktifkan reflex menelan dan mendorong ASI ke
dalam lambung 9JNPK-KR, 2007).
4. Keuntungan
pemberian ASI diantaranya adanya keterikatan emosiaonal ibu dan bayi sebagai
kekebalan pasif (kolostrum) untuk bayi, dan merangsang kontraksi uterus
(JNPK-KR, 2007).
Pada saat memulai pemberian ASI lakukan secara dini
begitu bayi lahir, tali pusat diikat dan dipotong segera telungkupkan bayi
diatas perut ibu skin to skin kemudian selimuti mereka berdua, biarkan bayi
mencari putting susu ibunya, dan ibu membantu memegang tubuh bayi agar tidak
jatuh, biarkan bayi diatas perut ibu minimal 1 jam samapi berhasil menyusui
bayinya, sehingga dapat merangsang produksi ASI, memperkuat reflex menghhisap
bayi (reflex menghisap paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir)
(JNPK-KR, 2007).
Komposisi
ASI, susu sapi dan susu formula: komposisi/100 ml
|
ASI
matur
|
Susu
formula
|
Kalori
|
75
|
67
|
Protein
|
1,2
|
1,5
|
Lactalbumin
|
80
|
60
|
Kasein
(%)
|
20
|
40
|
Air (ml)
|
87,1
|
90
|
Lemak
(gr)
|
4,5
|
3,6
|
Karbohidrat
|
7,1
|
69
|
2.2.2
BAB
Jumlah feses pada bayi
baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak
adalah antara hari ketiga dan keenam.
Feses transisi
(kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya meconium) dikeluarkan
sejak hari ketiga sampai keenam.
Adalah normal bagi bayi
untuk defekasi setelah diberi makan atau defekasi 1x setiap 3 atau 4 hari.
Tinja dari bayi yang
disusui lebih lunak berwarna kuning emas dan tidak menyebab iritasi pada kulit
bayi.
Tinjau dari bayi yang
minum susu botol berbentuk, namun tetap lunak, berwarna kuning pucat dan
memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi.
Jumlah tinja berkurang
pada minggu kedua dari 5 atau 6 x defekasi setiap hari (1 x defekasi setiap
kali diberikan makan) menjadi 1 atau 2 x sehari.
Pada minggu kedua
kehidupannya, bayi mulai memiliki pola defekasi. Dengan tambahan makanan padat,
tinja bayi akan menyerupai tinja orang dewasa.
Dalam 3 BAB, tinja
masih dalam bentuk meconium dan normalnya bayi BAB paling tidak 1x/ hari. Untuk
membersihkannya gunakan air bersih hangat dan sabun.
2.2.3
BAK
Fungsi ginjal yang
mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa belum berbentuk pada tahun
kedua yang dimiliki oleh bayi. Sejumlah kecil urin terdapat di kandung kemih
bayi saat lahir tapi BBL munkin tidak mengeluarkan urin selama 12- 24 jam.
Berkemih 6-10 x dengan
warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup. Bayi cukup bulan
mengeluarkan urin 15- 16 ml/kg/hari.
Untuk menjaga bayi
tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK harus diganti popoknya.
2.2.4
Istirahat
Dalam 2 minggu pertama
setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Neonates sering tidur. Neonates
sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi
mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat
pasttikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
Pola tidur bayi usia
|
Lama tidur
|
1 minggu
|
16,5 jam
|
1 tahun
|
14 jam
|
2 tahun
|
13 jam
|
5 tahun
|
11 jam
|
9 tahun
|
10 Am
|
2.2.5 Kebersihan kulit
1. Muka,
pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur.
2. Mandi
seluruh setiap hari tidak harus dilakukan.
3. Selalu
mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
2.2.6
Kebutuhan akan keamanan
1. Jangan
sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.
2. Hindari
pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bias tersedak.
3. Jangan
menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi.
2.2.7
Tanda-tanda bahaya
1. Pernafasan
sulit atau lebih dari 60 x permenit.
2. Terlalu
hangat ( > 380 C) atau terlalu
dingin ( > 360C).
3. Kulit
bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar.
4. Hisapan
saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan.
5. Tali
pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah.
6. Tanda-tanda
infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan,
penafasan sulit.
7. Tidak
BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering berwarna
hijau tua, ada lender atau darah.
8. Menggigil,
rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bias tenang, menangis terus menerus.
9. Penyuluhan
pada orangtua BBL sebelum pulang
2.2.8
Penyuluhan yang diberikan kepada orangtua BBL sebelum pulang adalah sebagai berikut:
a. Menjaga
kehangatan
Jaga kehangatan bayi
dengan metode kanguru
Bayi belum mampu
mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan diluar untuk membuat
bayi tetap hangat. Menjaga kehangatan bayi baru lahir merupakan suatu hal yang
sangat penting, dengan cara membungkus atau membedong bayi rapat-rapat dan
kepalanya ditutup agar membantunya merasa aman dan hangat. Hal ini membuat bayi
tidur lebih nyenyak dan lama jika mereka dibungkus. Bai mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan
hangat.
Tujuan menjaga
kehangatan:
-
Untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.
-
Membuat bayi merasa aman dan hangat
diantaranya dengan cara membungkus bayi, yaitu: cara membungkus bayi dengan
aman dalam selimut persegi. Pertama-tama lipat salah satu ujung selimut hingga
ke tengah, letakkan kepala bayi ke tengah dari selimut yang dilipat, bungkus
kepala bayi terlebih dahulu lalu dilipat
ujung yang bersebrangan dengan yang dilipat sebelumnya ke kaki bayi. Kemudian
tutupkan dua ujung lain ke tubuh bayi satu persatu.
-
Membuat bayi tidur lebih nyenyak.
b. Perawatan
tali pusat
Tidak boleh dibubuhkan
apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan membuka agar tetap kering. Ketika
bayi masih berada dalam kandungan ibu, ia mendapatkan makanan dan udara melalui
pembuluh-pembuluh darah yang mengalir didalam tali pusat. Begitu lahir, dokter
atau bidan akan menjepit tali pusatnya, memotong kira-kira 3 cm dari pusat bayi
(Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal). Agar bagian tali pusat yang
menempel pada perut bayi tidak terinfeksi maka harus selalu dibersihkan juga
agar tetap kering dan bersih. Sisa-sisa tali pusat ini akan terlepas dalam
waktu 7-10 hari, kadang-kadang 3 minggu baru terlepas. Setelah terlepas tali
pusat ini akan meninggalkan bercak yang kasar, yang memerlukan waktu beberapa
hari lagi (kadang-kadang beberapa minggu) untuk mengering dan sembuh.
Penyembuhan yang berlangsung lambat akan menyebabkan bercak kasar ini bertambah
tebal dengan jaringan yang disebut jaringan granulasi yaitu jaringan baru yang
tumbuh, jika ada luka, maksudnya untuk menggantikan jaringan lama yang rusak.
Jaringan granulasi yang berlebih akan lebih menonjol dari kulit sekitarnya.
Bercak ini harus
dirawat dengan teliti dan dijaga kebersihannya, sehingga kuman-kuman tidak
dapat menginfeksi luka ini. Jangan bubuhkan apapun pada luka ini, yang perlu
dilakukan adalah menjaga agar bekas ini tetap kering.
Usahakan jika bayi
mengompol, urin yang membasahi popok tidak mengenai luka ini, pastikan popok
bayi tidak bergesekan dan mengiritasi pusat. Jika perlu tekuk popok ke bawah
untuk menghindari sentuhan dengan pusar. Apabila melihat satu atau dua tetes
darah keluar dari ujung tali pusar atau sekitarnya terasa panas, memerah atau
tampak luka agak bengkak, bernanah. Ini menunjukan tanda-tanda infeksi dan
konsultasikan dengan dotkter atau bidan.
Menjelang
kesembuhannya, tali pusat akan berubah warna menjadi hitan bagian ini akan
lepas dengan sendirinya antara satu sampai empat minggu.
Beberapa professional
menyarankan mengusapnya dengan alcohol dengan kain atau bola kapas yang diberi
alcohol steril, sedangkam yang lain cenderung menyarankan membiarkannya begitu
saja, membersihkan sekelilingnya saja dan proses alamiah yang akan mengambil
alih penyembuhannya.
Cara perawatan tali
pusat adalah sebagai berikut
a. Hindari
pembungkusan tali pusat.
b. Jangan
mengoleskan salep apaun atau zat lain ke tampuk tali pusat.
c. Lipat
popok dibawah tali pusat.
d. Jika
punting tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang (DTT) dan
sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih.
e. Jelaskan
pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan tali pusat menjadi merah atau
mengeluarkan nanah atau darah.
f. Jika
pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi
tersebut ke fasilitas yang mampu untuk memberikan asuhan bayi baru lahir secara
lengkap.
c. Perawatan
mata
Mata selalu dibersihkan
secara teratur oleh air mata yang terus menerus dibentuk dan dialirkan ke
seluruh bola mata, maka dalam kondisi normal mata tidak perlu perawatan khusus.
Jadi tidak perlu meneteskan obat mata apapun jika mata bayi selalu sehat. Yang
perlu dilakukan adalah membersihkan kotoran di sudut mata setiap bangun tidur
terutama di pagi hari.
Cara merawatnya adalah
degan menggunakan kapas bersih atau cutton buds yang sudah dicelupkan ke dalam
air bersih. Kemudian bersihkan pelan-pelan pelupuk mata dan ujung luar mata.
d. Perawatan
telinga
Telinga bayi memerlukan
perawatan khusus, yang perlu dilakukan adalah;
1. Jagalah
agar air tidak masuk ke liang telinga terutama pada saat mandi.
2. Bersihkan
daun telingan dengan menggunakan cotton buds.
3. Lakukan
hal ini pada waktu mandi.
4. Perlu
dicurigai apabila bayi rewel, demam dan menarik-narik atau meraba-raba samping
muka, kemunkinan adanya sakit pada telinga (infeksi telinga) hal ini sering
terjadi pada bayi dan anak. Jika demikian, sebaiknya cepat menghubungi tenaga
medis lainnya. (Meser, 2007:286)/
e. Perawatan
hidung
Bayi hanya bias
bernafas melalui hidung, sehingga bila hidung tersumbat oleh kotoran, ia akan
megalami kesukaran bernafas. Hidung dapat dibersihkan dari kotoran-kotoran
dengan cara:
1. Gunakan
cotton buds/ujung tanduk yang agak basah, sehingga kotoran menjadi lunak.
2. Setelah
lunak kotoran dikorek dengan kapas bersih yang digulung kecil atau dengan
cotton buds.
f. Perawatan
mulut
Perawatan mulut bayi
tidak diperlukan perawatan khusus, yang perlu dilakukan adalah dengan
membersihkan gusi apabila mulut bayi terlihat kotor. Caranya adalah paling
tidak dua kali sehari gosoklah gusi bayi dengan lembut menggunakan kain yang
bersih dan basah (Suryabudhi, 1997:96).
g. Memandikan
Tunda untuk memandikan
bayi hingga sedikitnya 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi pada beberapa jam
pertama dapat mengarah pada kondisi hipotermia dan sangat membahayakan
keselamatan bayinya (Depkes RI, 2004). Pada bulan-bulan pertama, bayi biasanya
dimandikan pada jam 09.30 – 10.10, untuk memandikannya pakailah air yang cukup
hangat karena suhu tubuh bayi terpengaruh dan mudah berubah (Suryabudhi, 2000:
163).
Saat melakukan
persiapan untuk memandikan bayi, ikuti rekomendasi-rekomendasi berikut:
1. Tunggu
sedikitnya enam jam setelah bayi lahir, sebelum memandikan bayi. Waktu tunggu
menajdi lebih lama jika bayi mengalami asfiksia dan hipotermia.
2. Sebelum
memandikan bayi, pastikan bahwa temperature tubuh bayi telah stabil
(temperature akasila antara 36,50C- 37,50C). jika
temperature tubuh bayi dibawah 36,50C, selimuti kembali tubuh bayi
secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan bayi bersama ibunya di
tempat tidur atau lakukan kontak kulit langsung bayi- ibu kemudian selimuti
keduanya. Tunda waktu untuk memandikan bayi hiingga temperature tubuh bayi
tetap stabil paling sedikit setelah satu jam dilakukan observasi.
3. Jangan
memandikan bayi yang mengalami masalah pernafasan.
4. Sebelum
memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak ada hembusan angin.
Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan bayi dan beberapa lembar
kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti bayi setelah dimandikan.
5. Mandikan
bayi secara cepat dengan air yang bersih dan hangat.
6. Segera
keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.
7. Ganti
handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi ditutupi dengan
baik (bayi baringkan dalam dekapan ibunya dan selimuti dengan baik).
8. Tempatkan
bayi ditempat tidur yang sama dengan ibunya dan anjurkan ibu untuk menyusukan
bayinya (Depkes RI, 2004 Asuhan Persalinan Normal) Pemberian ASI.
h. Menyusui
bayi
Secara alamiah menyusui
bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi, hal ini
menimbulkan hubungan yang sangat penting untuk pertumbuhan psikologis bayi yang
sehat.
1. Pemberian
ASI memiliki beberapa keuntungan:
A. Merangsang
produksi air susu ibu (ASI).
B. Memperkuat
reflex menghisap (reflex menghisap awal pada bayi, paling kuat dalam beberapa
jam pertama setelah lahir). Memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan
pengaruh yang positif bagi keehatan bayi.
C. Mempromosikan
hubungan emosional antara ibu dan bayinya.
D. Memberikan
kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum.
E. Merangsang
kontraksi uterus.
2. Pedoman
pada ibu saat menyusui:
A. Mulai
menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama.
B. Jangan
berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air, madu, larutan gula
atau pengganti susu ibu) kecuali ada indikasi yang jelas (atas alasan-alasan
medis).
C. Berikan
ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya.
D. Berikan
ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang maupun malam selama bayi
menginginkannya.
3. Posisi
yang tepat untuk menyusui
Posisi yang tepat untuk
bayi, sangan penting dalam menjamin keberhasilan pemberian ASI dan mencegah
lecet atau retak pada putting susu. Periksa, bahwa ibu telah meletakkan bayinya
pada posisi yang tepat dan bayi melakukan kontak dengan ibunya secara benar.
Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama jika ibu baru
pertama kali menyusukan atau ibu berusia sangat muda.
4. Memeluk
bayi dan mulai menyusukan bayinya
A. Beritahu
pada ibu untuk memeluk tubuh bayi secara lurus agar muka bayi menghadap ke
payudara ibu dengan hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisinya harus
sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu. Ibu harus menopang
seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya.
B. Beritahu
pada ibu untuk mendekatkan bayinya ke payudara jika bayi tampak siap untuk
menghisap putting susu. Tanda-tanda siap menyusu adalah apabila bayi membuka
mulut, mencari, menoleh dan bergerak mencari sesuatu.
C. Tunjukan
pada ibu bagaimana membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada putting
susu.
D. Beritahu
pada ibu untuk:
a. Menyentuhkan
bibir bayi dengan putting susunya.
b. Menunggu
hingga mulut bayi terbuka lebar.
c. Mendekatkan
bayi cepat ke payudaranya sehingga bibir bawah bayi tepat dibaeah putting susu.
E. Nilai
positif menyentuhkan mulut bayi pada putting payudara dan caranya menghisap:
a. Dagu
menyentuh payudara ibu.
b. Mulut
terbuka lebar.
c. Mulut
bayi menutupi seluas munkin areola (tidak hanya puttingnya saja).
d. Bibir
bayi bagian bawah melengkung ke luar.
e. Bibir
menghisap dengan perlahan dan kuat, serta kadang-kadang berhenti.
f. Tidak
terdengar suara apapun kecuali suara bayi menelan.
i.
Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Tempatkan bayi dilingkingan
yang hangat. Idelanya bayi ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya.
Menempatkan bayi beersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga
bayi agar tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah
paparan infeksi pada bayi.
j.
Tanda-tanda bahaya
Jika timbul tanda-tanda
bahaya, ajarkan ibu untuk melakukan : berikan pertolongan pertama sesuai
kemampuan ibu dan sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis
lanjutan, bawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perwatan tindakan segera.
k. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu
cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi diri melawan penyakit
tertentu dengan memasukan suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau
secara oral. Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) periode 2004 (revisi September 2003).
Umur
|
Vaksin
|
Keterangan
|
Saat lahir
|
Hepatitis
B-1
|
HB-1 harus diberikan
salam waktu 12 jam setelah bayi lahir. Dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan.
Apabila status HbaAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir
diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksi HB-1. Apabila semula status
HbaAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui
bahwa ibu HbaAg psotif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi
berumur 7 hari.
|
Polio - 0
|
Polio-0 diberikan
saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RS/RB polio oral diberikan
saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi
lain)
|
|
1 bulan
|
Hepatitis
B-2
|
1. Hb-2
diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
2. Bayi
premature bila ibu HBsAg (-) imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2 bulan
atau berat badan 2000 gram.
|
0-2 bulan
|
BCG
|
1. BCG
dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCS akan diberikan pada umur > 3
bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu dan BCG diberikan
apabila uji tuberculin negative.
2. Vaksin
BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan.
|
2 bulan
|
DTP-1
|
DTP-1 diberikan pada
umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 dengan
interval 4-6 minggu.
|
Polio-1
|
1. Polio-
1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
2. Interval
pemberian polio 2,3,4 tidak kurang dari 4 minggu.
3. Vaksin
polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4 selanjutnya umur
5- 6 tahun.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
memakai alat, pada usia kehailan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu,
dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonates (BBL) adalah
masa kehidupan pertama diluar Rahim sampai usia 28 hari, dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam Rahim menjadi diluar Rahim.
Pada masa ini terjadi pematangan organ hamper pada semua system.
Perawatan bayi baru
lahir yang dilakukan antara lain adalah pemberian nutrisi, BAB, BAK,
istirahat bayi, kebersihan kulit bayi,
kebutuhan akan keamanan, tanda bahaya bayi baru lahir, memberikan penyuluhan kepada
orangtua sebelum pulang, dan imunisasi.
3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini bidan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan pada bayi baru lahir
dan dapat mengajarkan kepada perawatan bayi baru lahir kepada orangtua bayi.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan sangat membutuhkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.